SELAMAT DATANG DI BLOG TEGUH TETAP TANGGUH, SEMOGA BERMANFAAT. JANGAN LUPA BERIKAN KOMENTAR ANDA

PESAKITAN YANG TERLEWATKAN (Cerita Tentangku)

-->
Teguh Dwi Utomo

Cerita hanya tinggal cerita. Penggalan kisah ini hanya sebatas asa yang terlunta-lunta. Hidup ini indah dan penuh cinta tatkala kau ada untuk mengobati kesepian sementara. Yah…cinta, apakah beda arti sebuah cinta dengan persahabatan kita? dibalik bibir merahmu yang merekah itupun kau telah menjawabnya
Sang fajar mulai mengintip pagi, sambutan hangatmu menghampiri tidur nyenyakku yang terdapat secuil kisah di alam sana. Indah benar pagi itu, seakan ada dewi surga telah menyuguhkan nampan berisi anggur beserta menu lain yang biasa disantap oleh sang raja. Sungguh tak terhingga kebaikanmu yang membuatku melambung tinggi, seperti tak ada cacat di dalam diriku. Akupun berharap semua itu kau lakukan untuk persahabatan kita, demi kebersamaan kita yang telah kita semai.
Tak dapat terelakkan, aku adalah pejantan yang tiba-tiba berubah menjadi pesakitan disaat mulai merasakan arti mencinta, selalu begitu. Apakah aku seorang pecundang yang selalu kalah dalam pertarungan? Pertarungan hati yang tak pernah termenangkan olehku? Yang kutahu wanita adalah keturunan Hawa, yang berjiwa lembut, setia, dan pastinya tak jauh dari sang pembawa keturunan. Atau bahkan seperti Juliet yang sedia mati untuk Romeonya. Tapi di dunia nyata yang kutapaki setapak demi setapak ini, sepertinya kisah itu hanya dongeng belaka. Karena sang Adam dan Romeo yang sedang belajar mempertahankan benih cinta selalu tersakiti oleh makhluk yang mulai ia puja itu.
Kata mereka, lelaki setia itu membosankan, apalagi untuk jiwa pesakitan seperti aku ini.
Hatiku bukan terbuat dari kayu, besi, atau bahkan baja-baja yang dibawa kesana kemari oleh kuli bangunan di kota besar sana. Hanyalah kulit transparan yang aku punya, mungkin saja akan robek jika disentuh bibir manis berduri kalian. Tapi bukan berarti aku mudah kalian sakiti begitu saja!
Cukup! Tak ada waktu lagi untuk kalian. Sekarang waktunya aku memanjakan hati yang telah sakit ini. Buang jauh-jauh tipu muslihatmu sekaligus  kata manis penuh racun yang membuatku muak itu.
Sahabat? yah sahabat. Mungkin satu figur ini yang saatnya kucari. Kata orang-orang, sahabat itu ibarat mentari yang menyinari. Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan. Sahabat sejati akan menjadi pendorong impian, dan sahabat akan setia di samping kita dalam susah maupun senang.
Dan selama pencarian ini, akhirnya terlihat jika kaulah wanita dan sosok sahabat yang mau berbagi dengan pesakitan ini. Kenyamanan, keceriaan, tak ada rasa canggung, itulah kesan yang kudapatkan setelah bersahabat denganmu. Bahkan hingga mega meredup di ujung senja, kau tetaplah  sahabat yang tak redup sedikitpun. Dimana ada kamu, disitu ada aku, kapanpun ada senyummu, saat itu juga ada tawaku. Mereka yang di luar sana sampai menganggap kita sebagai sepasang insan yang tak terpisahkan, ya itu kata mereka. Tapi kita sedikitpun tak menghiraukan apa celotehnya. Biarkan persahabatan itu mengalir apa adanya.
Persahabatan itu memang indah, belum pernah aku menemukan sahabat sebelumnya. Tapi hidup tetaplah hidup, dan waktu tak hentinya terus berjalan. Aku harus menanyakan padamu tentang perbedaan persahabatan kita dengan cinta?
“Jelas beda, persahabatan kita adalah kebersamaan, senasib sepenanggungan, yang takkan mati ditelan zaman. Sedangkan cinta itu bisa datang dan pergi begitu saja dengan segumpal luka.” Sebuah jawaban tegas yang kau sodorkan padaku. Ya, sekarang aku tahu apa itu cinta dan sahabat.
Sahabat, kau tetaplah wanita. Bagaimanapun juga aku pernah berkali-kali tersakiti oleh makhluk sejenismu. Aku harus tetap berhati-hati, jangan sampai aku terperosok jatuh dan sakit mengaduh. Wanita seperti sekuntum mawar, aromanya memang harum dan sampai memabukkan pria-pria di luar sana termasuk juga aku. Tapi ingat, mawar itu punya duri. Duri yang lembut seperti bibir-bibir yang tipis, merah, yang tak segan-segan menusuk siapapun yang ingin dia kehendaki.
Ternyata benar saja, tak butuh waktu lama aku menunggu perubahan itu. Entah kenapa persahabatan ini seakan tak jelas arahnya dari hari ke hari. Dewi surgawi itu kini benar-benar hanya mimpi yang ada ditidurku dan takkan kutemui di dunia nyata. Kau menghubungiku hanya disaat kau butuh bantuanku, kau mau menemuiku jika aku sudah memintamu berkali-kali. Bahkan dulu kau sahabatku yang menjadi tempat curhatku kini seakan masa bodoh dengan derita batinku.
Telepon genggam di kantongku ini senantiasa berbunyi jika kau hendak merepotkanku antar kesana kemari, kekanan kekiri, bahkan kau sampai harus marah jika aku tak bisa menuruti apa maumu. Apa kau tak peduli bahwa aku juga manusia? aku punya kepentingan sendiri selain menjadi sopir pribadimu.
MAAF CERITANYA BERSAMBUNG KALO UDAH MOOD...........

1 komentar:

Posting Komentar